Para pemateri bedah buku Tathenggun, Panakajaya Hidayatullah, MA; Marlutfi Yoandinas S.S, MA; Moh. Imron dan Moh Farhan, S.S, di aula Disperpusip Kabupaten Situbondo, Kamis (5/12). foto: sawawi/Bhirawa
Situbondo, Bhirawa.
Lestarikan kesenian khas Kota Santri Pancasila Situbondo, Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (Disperpusip) Kabupaten Situbondo mengadakan kegiatan Bedah Buku Tathenggun, diaula Disperpusip, Kamis (5/12). Hadir diantaranya PLT Kepala Disperpusip Kabupaten Situbondo, Imam Suhaidi yang diwakili Sekretaris Disperpusip, Imam Hidayat serta Kabid Perpustakaan, Imas Susilo Wicaksono.
Sementara itu dari pemateri ada empat pakar kesenian ikut di hadirkan. Mereka diantara, Panakajaya Hidayatullah, MA; Marlutfi Yoandinas S.S, MA; Moh. Imron dan Moh Farhan, S.S. “Keempat pemateri ini sudah dikenal luas di bidang masing masing yakni kesenian. Mereka semua mengupas seni dan sebagian mengupas buku karya mereka sendiri seperti Panakajaya Hidayatullah,” beber Kabid Perpustakaan, Imas Susilo Wicaksono.
Masih kata Imas,
Buku Tatengghun merupakan sumber referensi yang sangat penting untuk mengenal kesenian yang ada di Kabupaten Situbondo. “Untuk itu saya sangat berhap melalui kegiatan ini kita bisa mengetahui dan mempelajari lebih dalam kesenian yang tersebar di seluruh Kabupaten Situbondo.,” papar mantan Kabid Aset pada Kantor BKAD Kabupaten Situbondo itu.
Imas kembali melanjutkan, melalui bedah buku ini akan menjadi salah satu langkah pihaknya dalam mengenalkan kesenian Situbondo, terutama kepada masyarakat dan khususnya kepada para generasi muda. “Ini agar kita bisa bertukar pikiran, terutama untuk menjaga dan melestarikan kesenian Situbondo,” ulas Imas.
Lebih lanjut Imas memaparkan,
pihaknya juga sangat mengapresiasi keberadaan Buku Tatenghun yang notabene didalamnya sangat menarik dan layak untuk disebar luaskan ditengah kehidupan masyarakat Situbondo. “Ya Situbondo selain dikenal sebagai Kota Santri juga yang sangat kesohor dengan potensi daerah yang penuh dengan ragam budaya, kesenian dan kulinernya. Mungkin banyak yang belum tahu apa saja kesenian asli Situbondo. Dalam buku ini kita bisa tahu budaya dan kesenian yang sampai hari ini masih bisa kita pelajari dan lestarikan. Misalnya seperti ojung, kerte, mamaca,” kupas pria yang lama berdinas di Bagian Organisasi Setdakab Situbondo itu.
Terakhir, Imas sangat berharap Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Situbondo dengan adanya acara bedah buku ini yang notabene didalamnya mengupas kesenian dan budaya masyarakat di Situbondo agar tetap lestari hingga anak cucu dimasa mendatang. “Khusus kalangan mahasiswa, pelajar dan guru mari kita ikut bersama-sama ikut melestarikan kesenian budaya masyarakat Situbondo,” pungkas Imas. (awi.hel)