Pendidikan Jalan Strategis dan Eefektif Putus Mata Rantai Kemiskinan
Kota Probolinggo, Bhirawa
Pemerintah Provinsi Jawa Timur kembali menegaskan komitmennya dalam memperkuat akses pendidikan dan pemerataan kesejahteraan bagi masyarakat tidak mampu.
“Cara paling efektif memutus mata rantai kemiskinan adalah lewat pendidikan. Melalui sekolah seperti ini, anak-anak akan dibina tak hanya secara akademik, tetapi juga melalui pembentukan karakter yang kuat. Mereka diawasi dan dibimbing langsung oleh wali asrama dan wali asuh yang terintegrasi dalam proses belajar,” ujar Gubernur Khofifah.
Hal tersebut disampaikan Gubernur dalam kunjungannya ke Sekolah Rakyat Terintegrasi 7 Kota Probolinggo, Senin pagi (14/7), dalam rangka meninjau langsung pelaksanaan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) bagi siswa-siswi baru.
Dalam arahannya, Gubernur Khofifah menekankan bahwa pendidikan adalah jalan paling strategis dan efektif dalam memutus mata rantai kemiskinan jangka panjang. Melalui pendekatan berbasis karakter, asrama, dan pendidikan penuh waktu, Sekolah Rakyat dinilai mampu menciptakan generasi muda yang unggul dan berdaya saing.
Sekolah Rakyat (SR) merupakan program lintas kementerian yang bertujuan menjangkau anak-anak dari keluarga tidak mampu dengan skema pendidikan terpadu berasrama, layanan gratis penuh, serta pembinaan karakter secara intensif.
Kota Probolinggo sendiri menjadi salah satu dari 12 daerah di Jatim yang dipercaya menjalankan program ini, dengan 100 siswa terdaftar dalam dua jenjang pendidikan-SMP dan SMA dengan masing-masing satu rombongan belajar berisi 25 siswa.
Khofifah menyebut program ini akan berjalan dalam tiga gelombang: tahap 1A yang dimulai hari ini, disusul tahap 1B pada 19 Juli, dan 1C pada September 2025. Pendaftaran tambahan masih memungkinkan, tergantung kapasitas kelas dan asrama.
Kunjungan ini juga menjadi bukti perhatian Gubernur Khofifah terhadap kualitas pembangunan sumber daya manusia secara menyeluruh, yang tidak hanya berhenti pada sektor pendidikan formal, tetapi juga mendorong penguatan ekonomi keluarga melalui bantuan sosial terintegrasi.
Gubernur perempuan pertama di Jatim ini juga menyampaikan bahwa proses pembelajaran di SR tidak hanya berlangsung di ruang kelas, tetapi diperkuat dengan aktivitas di luar kelas seperti pembiasaan ibadah, belajar membaca Al-Qur’an, hingga pembekalan keterampilan hidup. Sistem pendidikan berasrama memberikan ruang lebih besar untuk pemantauan perilaku, penguatan disiplin, dan pembiasaan hidup mandiri.
“Anak-anak bisa belajar lebih banyak karena waktunya lebih panjang. Nilai tambah seperti belajar Al-Qur’an juga bisa ditanamkan lebih kuat. Maka dari itu, penting agar fasilitas belajar dan kamar asrama terus kita perhatikan ke depan,” imbuhnya.
Dalam kesempatan ini, Khofifah menyerahkan bantuan sosial senilai Rp2,23 miliar berupa 100 pasang sepatu dan 100 perlengkapan sekolah untuk siswa SR.
Kepala Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur, Restu Novi Widiani, dalam sambutannya menegaskan bahwa kunjungan ini merupakan bagian dari komitmen konkret Pemprov Jatim untuk membangun akses pendidikan yang setara bagi seluruh warga, termasuk kelompok marginal.
“Ibu Gubernur hadir hari ini tidak hanya meninjau pelaksanaan MPLS, tetapi juga menyerahkan secara langsung berbagai bantuan sebagai bentuk kepedulian terhadap masa depan anak-anak kita,” ujarnya
Tak tanggung-tanggung, bantuan yang disalurkan dalam kesempatan tersebut senilai Rp2,23 miliar, yang terdiri atas program Jatim Sejahtera, penyaluran Bantuan Langsung Tunai (BLT) bagi keluarga penerima manfaat (KPM) Jawara, bantuan alat bantu disabilitas sebanyak 14 unit, serta perlengkapan pendidikan lengkap untuk 100 siswa Sekolah Rakyat.
Gubernur Khofifah juga disebut telah memantau 7 dari 12 Sekolah Rakyat yang tersebar di Jawa Timur, dan kunjungan ke Kota Probolinggo ini menjadi yang ke-8. Tak hanya itu, kunjungan ini juga menandai putaran ke-17 dalam program penyaluran bantuan terpadu Dinsos Jatim di berbagai daerah.
Sementara itu, Wali Kota Probolinggo, dr. Aminuddin menyebut bahwa sejak awal menjabat, dirinya telah bertekad menurunkan angka kemiskinan hingga dua digit, meski pada tahun-tahun sebelumnya penurunannya hanya berkisar 0,25 hingga 0,3 persen setiap tahun.
“Kami sempat bingung waktu itu, karena penurunan angka kemiskinan hanya stagnan. Tapi kami tetap optimis dan terus berusaha,” ujarnya.
Ia menambahkan, dengan adanya program Sekolah Rakyat, minimal 1.000 warga miskin dipastikan akan naik level kesejahteraannya, sekaligus mendukung target pengurangan sekitar 5.000 jiwa dari garis kemiskinan di kota ini.
“Insya Allah, program ini akan mempercepat penurunan angka kemiskinan. Ini menjadi harapan besar kami bersama Ibu Gubernur, seorang pemimpin yang memiliki kepedulian tinggi terhadap masyarakat kecil,” pungkasnya. [fir.gat]


