Keberadaan dan eksistensi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) memang tidak bisa dipungkiri, pasalnya UMKM posisinya sangat vital sebagai tulang punggung perekonomian Indonesia. UMKM berkontribusi sebesar 61,07% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia. Namun, sekarang seiring dengan era digitalisasi yang ditandai dengan kemajuan teknologi semakin pesat dan massif posisi UMKM juga menghadapi tantangan yang cukup berat. Salah satunya adalah persaingan dengan produk impor.
Produk impor seringkali memiliki keunggulan dari segi kualitas, harga, dan ketersediaan. Hal ini membuat UMKM kesulitan untuk bersaing dan akhirnya terdesak dari pasar. Fakta tersebut, sejatinya jika terperhatikan dan teranalisis bersama UMKM Indonesia sudah terus maju dan beradaptasi dengan era digitalisasi dan gencarnya kemajuan teknologi yang ada, dengan terus menangkap peluang perdagangan digital. Terbukti, data dari Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki, sebanyak 22 juta UMKM telah berdagang online, tetapi tetap sulit bersaing karena masuknya barang impor yang sangat murah. Oleh karena itu, UMKM perlu melakukan berbagai upaya untuk dapat bersaing dengan produk impor.
Salah satu cara untuk mendukung UMKM agar mampu bersaing dengan produk impor adalah dengan meningkatkan kualitas produk. UMKM perlu memperhatikan kualitas bahan baku, proses produksi, dan kemasan produk. UMKM juga perlu melakukan inovasi dan pengembangan produk secara berkelanjutan. Selain itu, menawarkan penawaran harga yang kompetitif juga faktor yang penting dalam persaingan pasar. Di samping itu UMKM dapat melakukan berbagai cara untuk menekan biaya produksi, seperti dengan memanfaatkan bahan baku lokal dan sumber daya alam yang tersedia, serta tidak kalah pentingnya UMKM juga perlu melakukan efisiensi produksi untuk menekan biaya produksi. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan mesin dan peralatan yang lebih modern.
Fakta tersebut meski terperhatikan, pasalnya UMKM Indonesia akan sulit bersaing jika produk-produk yang dihasilkan UMKM di negeri ini diproduksi dengan alat-alat sederhana. Terlebih, ditambah dengan model bisnisnya yang masih sederhana. Jika kondisi itu tidak diperbaiki, maka UMKM akan mengalami stagnasi market dan pasar dalam negeri akan diserbu produk-produk impor.
Novi Puji Lestari
Dosen FEB Univ. Muhammadiyah Malang