Surabaya, Bhirawa
Bekerjasama dengan Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Jawa Timur, Debindo Mitra Tama, kembali menggelar pameran Batik Fashion Fair (BFF) di Exhibition hall Grand City Convex Surabaya, mulai Rabu (13/11) hingga Minggu (17/11).
Pj Ketua Dekranasda Jatim, Isye Adhy Karyono mengungkapkan pameran ini ditargetkan menjadi pendorong peningkatan ekonomi dari sektor Fashion. “Tujuan pertama adalah mendorong peningkatan ekonomi dari sektor fashion. Karena dalam kegiatan ini juga dibuka seluas-luasnya untuk para penjual dan pembeli produk batik dan lainnya,” terangnya, Jumat (15/11).
Isye menambahkan pameran ini sebagai ajang memberi kesempatan kepada para pengrajin dan penjual yang ikut serta dalam pameran untuk saling berbagi ilmu. “Secara tidak langsung dengan ikut dalam pameran ini, mereka bisa saling lihat, saling intip, seperti apa trend-nya sekarang. Juga bisa mendopatkan inspirasi terkait motif apa yang akan ditampilkannya,” jelasnya.
Selain itu, para peserta juga bisa mendapatkan masukan dari konsumen. Seperti apa keinginan konsumen saat ini, sekaligus mengenalkan bagi produk-produk batik yang punya kekhasan daerah masing-masing.
“Ketiga, juga untuk menggaet generasi muda yang hadir agar mereka bisa belajar atau edukasi tentang produk batik kemudian ikut melestarikannya,” tutur Isye.
Pameran yang diikuti 102 peserta dengan mengisi 120 booth ini tidak hanya menampilkan produk fashion batik saja, tapi juga kegiatan talkshow, fashion show dan hiburan.
Direktur Utama PT Debindo Mitra Tama, Dadang M Kushendarman mengatakan, pameran BFF 2024 ini memasuki tahun kedelapan dengan tema “Multicultural Fashion”. “Membawa semangat dan tren terbaru untuk menyambut tahun 2025. Selain menampilkan batik bordir, fokus utama tahun ini adalah pakaian siap pakai atau apparel, termasuk kebaya dan berbagai busana jadi lainnya yang siap mengisi tren fashion di tahun 2025,” papar Dadang.
Hal ini menandai inovasi dalam desain dan bahan yang mencerminkan perubahan gaya lebih modern dan relevan dengan kebutuhan masyarakat saat ini.
“Dengan tema ini, kami ingin menampilkan karya para pengrajin yang mengikuti tren terbaru, khususnya dalam bidang pakaian jadi. Event ini juga merupakan ajang promosi besar untuk memperkenalkan produk ke pasar yang lebih luas,” ujar Dadang.
Acara ini merupakan bagian dari komitmen Debindo Mitra Tama untuk mendukung industri kreatif lokal dan memperkuat posisi batik serta fashion lokal di pasar nasional dan internasional.
Diperkirakan selama lima hari penyelenggaraan, acara ini akan menarik sekitar 25.000 pengunjung, terlebih dengan adanya dukungan dari berbagai acara publik yang digelar bersamaan. Para pengunjung tidak hanya dapat melihat dan membeli produk secara langsung, tetapi juga berkesempatan untuk berinteraksi langsung dengan para pengrajin dan desainer, menggali inspirasi, dan memahami lebih dalam tentang proses kreatif di balik setiap produk.
Dari segi transaksi, pameran ini diprediksi memberikan dampak jangka panjang. Meski penjualan langsung di lokasi mungkin tidak begitu besar, diharapkan dalam tiga bulan ke depan, transaksi dapat mencapai hingga Rp4 miliar hingga Rp5 miliar.
“Dengan demikian, acara ini juga diharapkan menjadi momen penting untuk menggerakkan industri fashion lokal, memfasilitasi hubungan antara pengrajin, desainer, dan konsumen,” pungkas Dadang. [riq]