35 C
Sidoarjo
Wednesday, October 23, 2024
spot_img

Misteriusnya Gerakan 30 September dan Kesaktian Pancasila

Oleh :
Jusrihamulyono A.HM
Trainer Pusdiklat Pengembangan SDM UMM

Catatan berdarah dalam sejarah indonesia sangat erat kaitannya dengan 30S/PKI. Sehari sebelumnya atau akhir bulan September tepatnya tanggal 30 September terjadi penculikan dan pembunuhan yang tragis. Dalam satu malam tujuh jasad patriot negara yang dibunuh dan dibuang ke dalam satu lubang sumur pada kedalaman 12 meter dengan diameter 75 cm. Sejarah yang kelam bagi bangsa yang baru merubah nasibnya dari kolonialisme. Kekejian yang tidak mendapat kata maaf dari seluruh masyarakat Indonesia.

Gerakan dalam masanya menyisakan duka mendalam bagi masyarakat Indonesia yang kisahnya tidak akan pernah hilang sejarah Indonesia. Setahun setelah peristiwa tersebut, sebuah instruksi Surat Keputusan Panglima AD (Angkatan darat) Jenderal Soeharto tepatnya pada tanggal 17 September 1966 untuk melakukan upacara bendera sebagai penghormatan sekaligus mengenang para jenderal dan perwira yang lenyapkan di atas bumi pertiwi dengan cara biadab.

Mulanya kesaktian pancasila hanya sebatas diperingati oleh kalangan angkatan darat serta kalangan bersenjata saja. Namun, hal itu berubah di saat Soeharto naik menjadi Presiden ke-2 Indonesia yang menerbitkan Keputusan Presiden (KEPPRES) Nomor 153 Tahun 1967 tentang Hari Kesaktian Pancasila. Kesaktian pancasila tidak akan diperingati tanpa sebuah latar belakang yang misterius yang dikenal dengan gerakan 30 September.

Masa berkabung selama dua hari dengan simbol bendera setengah tiang menunjukkan akan hilangnya rasa manusiawi melalui sebuah gerakan propaganda penggulingan pemimpin Indonesia. Huru hara perebutan ideologi bangsa dalam sebuah gerakan yang diprakarsai oleh PKI (Partai Komunis Indonesia) untuk mengubah ideologi pancasila menjadi ideologi komunis. Tantangan menjaga dasar negara Indonesia di tahun yang lalu dengan keadaan sekarang tentulah sangat beda dan ujiannya terasa berat dalam benturan arus globalisasi modern. Inilah alasan mengapa memperingati 1 Oktober sebagai kesaktian pancasila itu penting diperingati bagi seluruh generasi pertiwi.

Berita Terkait :  Fenomena 'Selebritis' di Panggung Pilkada

Kesaktian Pancasila
Generasi bangsa sebagai tonggak utama dalam menjaga kesatuan bangsa Indonesia. Dalam menjaga bangsa Indonesia tidak lepas dari pemahaman pancasila itu sendiri sebagai falsafah negara. Dengan adanya pancasila Indonesia memiliki jalur yang jelas. Butir-butir Pancasila pertama kali diatur melalui Ketetapan MPR No.II/MPR/1978 yang berisi tentang Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4). Adapun pengamalan pancasila sendiri merupakan upaya tindakan aplikatif dari uraian sila demi sila.

Kesaktian sila pertama tentang “Ketuhanan Yang Maha Esa”, setidaknya terdapat delapan butir pengamalan dalam pemahaman beragama. Upaya menjaga keharmonisan dalam beragama, penganut agama dilindungi oleh undang-undang dasar (UUD 1945) dalam menjalankan keyakinan. Mengedepankan prinsip saling menghormati keyakinan orang lain tanpa ada paksaan.

Kesaktian dari sila kedua mengandung pengertian dari “Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab” menjadikan sepuluh butir pengamalan. Menjunjung tinggi kemanusiaan, bersikap tenggang rasa dan tepa selira, sikap menghormati, serta mengakui adanya kesamaan derajat antara sesama tanpa membedakan dari segi hak dan kewajiban. Mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang yang lemah. Hingga gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.

Kesaktian dari sila ketiga membentuk persatuan dengan yang lain sebagaimana bunyi sila ini yaitu “Persatuan Indonesia”. Persatuan dari lapisan masyarakat tanpa mementingkan individualisme. Mengedepankan nilai-nilai kebhinekaan tunggal ika sebagai perekat keberagaman. Masyarakat kita harus memiliki rasa tanggung jawab besar dan rela berkorban demi kepentingan bangsa.

Berita Terkait :  Memadukan Media Konvensional dan Digital untuk Pendidikan Politik di Indonesia

Kesaktian dari sila keempat sebagai tongkat keadilan yang menjadi kebijakan bersama sebagaimana instrumental sila ini berbunyi “Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan/Perwakilan”. Butir pada sila ini memberikan penjelasan bahwa pengambil keputusan demi kepentingan nasional melalui jalur musyawarah. Setiap musyawarah serta mufakat majelis perwakilan harus menggunakan akal sehat dan hati luhur. Setiap musyawarah selalu mengedepankan kebersamaan dibandingkan pribadi maupun golongan sendiri.

Kesaktian dari sila kelima sebagai nuansa keadaan keberlangsungan hidup bangsa kita. Keberlangsungan ini berbunyi “Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia”. Perilaku membantu kepada sesama bagian penting dalam berbangsa. Tidak merugikan kepentingan umum atau merusaknya menjadi salah satu bagian Karakter sila tersebut. Sila ini juga mengajarkan nilai untuk tidak bersifat boros dan menampakkan gaya hidup mewah.

Hikmah 30S
Sangat mengkhawatirkan generasi muda kita (z hingga alpha), dapat dikatakan akan kurang rasa ingin tahu mereka terhadap bagaimana sejarah masa kelam yang pernah menghantui nasib bangsa dan bagaimana negara Indonesia yang besar dan kaya ini mampu berdiri di atas lima (sila) dasar?. Pada akhirnya tugas bersama dalam memahami serta menginternalisasi butir-butir pancasila dalam kehidupan bermasyarakat sangat perlu ditingkatkan.

Menayangkan film dokumenter 30S/PKI menjadi salah satu upaya dalam pendidikan sejarah kebangsaan Indonesia untuk generasi kita. Perjuangan dan penderitaan dalam membentuk karakter bangsa yang harus tergadaikan dengan darah dan nyawa harus dipahami oleh generasi muda. Arti lain, generasi muda tidak sebatas menikmati kehidupan sekarang tanpa berempati atas perjuangan para tokoh-tokoh pahlawan nasional dahulu.

Berita Terkait :  PON Menjaring Prestasi

30S/PKI, sudah menjadi cikal bakal pembentukan mental bangsa Indonesia. Di luar dugaan musuh dalam selimut menghampiri di tengah malam dikala itu, hanya untuk meminta pengakuan dan data negara untuk mencapai misi berupa perubahan ideologi komunis. Sejarah ini menitip pesankan kepada generasi yang akan lahir dan tumbuh di bumi pertiwi untuk tidak lupa akan sejarah serta mengenal tokoh pahlawan bangsanya sendiri.

Hikmah yang terakhir gerakan 30S/PKI bila dihubungkan dengan masa PILKADA ini yaitu kesadaran bersama dalam menjaga stabilitas politik untuk kepentingan senasib sepenanggungan. Penggulingan kekuasaan tidaklah beretika demi sebuah rasa egois kepentingan nafsu pribadi. Konflik perbedaan pasangan pemimpin tidak untuk rasa dendam yang berkepanjangan. Hoax dan propaganda masa kampanye menjadi musuh utama dalam menjaga nilai pancasila di era digitalisasi.

———– *** ————

Berita Terkait

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Follow Harian Bhirawa

0FansLike
0FollowersFollow
0FollowersFollow
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Berita Terbaru

spot_imgspot_imgspot_img